News / Lain-lain
17 September 2018

Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya

Panggilan Tuhan itu unik dan dahsyat. Panggilan itu, sering kali tidak dapat kita pahami. Tuhan membentuk kita sesuai yang diinginkan-Nya. Dalam ketakberdayaan itu, tentu kita akan menjawab “Ah, saya tidak bisa”. “Aku hanyalah manusia yang lemah dan tak mampu.”

Mengeluarkan perkataan diri lemah dan tak mampu itulah saat dimana Tuhan sedang membentuk kita sesuai dengan rencana-Nya hingga pada saat yang tepat kita akan mampumengatakan, “Rencana Tuhan indah pada waktunya”. Pengalaman personal dan mendalam akan kebaikan Allah seperti itulah yang pernah dialami oleh Sr. M. Yasinta SND. Mari sejenak kita melihat perjalanan panggilannya.

Tanpa Restu Orangtua

Sr. M. Yasinta SND berasal dari keluarga Tionghoa dan ia tak mendapat restu orangtuanya, ketika berkeinginan menjadi seorang biarawati. Namun, karena cintanyayang  luar biasa akan Tuhan, sekali waktu dan  bersama adiknya, Sr. M, Yasinta SND nekat pergi ke Gereja St. Petrus, Pekalongan. Kepergian kakak-adik kandung itu terjadi tanpa sepengetahuan ayanya tercinta. Rupanya, mereka mencari jalan agar bisa berjumpa dengan Tuhan, walaupun  waktuitu keduanya belum mengenal iman Katolik.

Entah kapan dan pada momen apa benih-benih panggilan itu mulai tumbuh dalam diri mereka.Hal ini tidak diketahui dengan jelas.  Yang pasti itulah karya  Ilahiyang selalu bekerja di hati manusia yang penuh dengan misteri. Gerakan hati dari “atas sana” itulah yang telah mendorong beliau hingga  memutuskan untuk mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja-Nya.

Sr. M. Yasinta SND  mengakui bahwa ketertarikannya untukmenjadi suster biarawati dan kemudian masuk Kongregasi Soeurs de Notre Dame (SND) bukan karena mengikuti kakaknya yangtelah lebih dahulu menjadi susterdi KongregasiSND. Nama kakak kandungnya itu adalah Sr. M. Marga SND.Ia adalah suster SND generasi pribumi angkatan pertama.

Lebih jelas,M. Yasinta ingin menjadi suster, bukan karena kakaknya, Sr. M. Yasinta SND Semua itu terjadi, karena karya Ilahi, yakni berkat sentuhan Allah yang lembut dan penuh kasih. Kenekatan dan keberanian itulah yang  akhirnyaberhasil meluluhkan hati kedua orangtuanyahingga Sr. M. Yasinta menjadi anggota dalam kongregasi SND. 

Suster Yasinta di Tengah PendidikanPara Suster SND, Belanda

Dalam masa formasi, Tuhan telah‘membentuk’ Sr. Yasinta menjadi pribadi yang militan, loyal, dan penuh totalitas.Ketotalitasanitu terjadi sebagai hasil pembinaan para suster SND misionaris dari Negeri Kincir Angin.Melalui para suster misionaris SND dari Belanda itulah, Tuhan telah membentuk Sr. Yasinta menjadi suster biarawati SND yang akhirnya bermanfaat untuk tidak hanya  berkarya di Indonesia dengan destinasi misi awal para suster SND Belanda—melainkan juga untuk Kongregas SND Internasional.

 

Asisten Jenderal SND

Yang terjadi berikutnya sungguh tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Ternyata, Tuhan malah diam-diam telah menyiapkan Sr. Yasinta untuk menjalankantugas yang lebih ‘mendunia’. Tahun-tahun berikutnya, ia mendapat kepercayaandari pemimpin Kongergasi serta ditunjuk menjadi Asisten Jenderal Kongregasi Soeurs de Notre Dame (SND) dan untuk tugasnya itu ia harus tinggal di Generalat SND, Roma.

Apa jawaban Sr. Yasinta, ketika ia ditunjuk olehKongregasi untuk menjadi Asisten Jenderal Kongregasi SND?  “Wong bahasa Inggris saja, aku oraisa”, tutur Sr. Yasinta.

Ketulusan, keluguhan dan kerendahan hati adalah sikap dasar yang dihayati oleh Sr. Yasinta dan tetap semangat dalam tugas dan pelayanannya. Meskipun demikian. Sr. yasinta tetap memiliki kelemahan. Dalam kelemahannya itu,  bukan berarti Sr. Yasinta menolak untuk menjalankan sebuah tugas. Yang sebenarnya terjadi adalah meskipun terdapat banyak kekurangan,   mengatakan dirinya siap diutus. Ini seperti yang dikatakan Yesus di Kitab Suci, “Siapa yang meninggalkan saudaranya demi Aku akan memperoleh seratus kali ganda.”(bdk. Mat19:29)

Suster Yasinta akhirnya meninggalkan banyak saudaranya baik keluarga maupun kolega suster SND di Indonesia—ketika harus pergi ke Roma untuk menunaikan tugas barunya sebagai Asisten Jenderal Kongregasi SND. Namun, sesampai di Kota Abadi, ia justu mendapat banyak saudara di sana.

Di Roma, ia memperoleh saudara baru yang sama-sama berstatus sebagai suster biarawati sepanggilan sebagai putri-putri Sr.M. Aloysia dan Sr. M. Ignatia dengan visi dan misi yang sama dalam membangun Kerajaan Allah di dunia.  Relasi dan persahabatan yang pernah mereka rintis  masih tetap mereka hidupi  hingga saat ini. Dalam dan melalui dunia maya khususnya internet telah kembali mempertemukan mereka .Dulu, sebelum berangkat ke Roma, Sr. Yasinta mengaku  ‘ora bisa bahasa Inggris’ namun sekarang dengan gagah ia bisa mengatakan demikian, “Sini, aku ngajarin kamu bahasa Inggris.”

Pendalaman Bahasa Inggris di Salatiga

Telah kita lihat bersama bagaimana Sr. Yasinta dalam setiap tugasnya tetap mengandalkan Allah dalam segala hal. Tahap berikut ini lebih menunjukkan pengalaman saya pribadi ketika bertemu Sr. Yasinta SND saat mendampingi sebuah program pembinaan di Rumah Pendidikan para calon suster SND Indonesia di kota sejuk, Salatiga. Ia dengan tulus berbagi  waktu dan ilmu untuk saya. Jujur saja, waktu itu saya selalu berusaha mencari alasan sembari terus menggerutu untuk tidak mau mengikuti les bahasa Inggis bersama Sr. Yasinta.

Setiap malam usai makan, Sr.Yasinta selalu setia menunggu di galeri depan. Kepada beliau, saya selalu mencari alasan agar les bahasa Inggris berlangsung hanya sebentar.Saya sering mengintip lewat jendela apakah beliau sudah ada atau belum. “Itulah kebiasaan jelekku”.  Namun, Sr. Yasinta selalu dengan sabardan setiamembimbing, mendampingi dan mengajari saya tentang rumusan-rumusan doa sederhana. Hail Mary dan Our Father adalah rumusan doa harian yang selalu diajarkan berulang kali di setiap sesi les bahasa Inggris tersebut.

Peran Biarawati dan Melek politik

Usia tidak membatasi semangat Sr. Yaisnta dalam melaksanakan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya. Meski sudah lanjut usia, Sr. M. Yasinta  tetap melek politik dan masih suka bekerja serius dalam menekuni sesuatu. Setiap hari, ia selalu menyempatkan diri membuka komputer guna  mengikuti pemberitaan dan informasi dalam media sosial secar.

Melalui PC itulah, Sr. Yasinta masih setia menjalin relasi dan komunikasi dengan para kolega suster SND dan sahabat-sahabat perjuangansewaktu mereka bersama-sama bertugas  diRumah Induk Generalat.  Suster juga senang mengikuti perkembangan dinamika politik internasional dan nasional yang sedang panas di Indonesia dan negara lain. Beliau juga menyempatkan waktu untuk  membantudi ketering dan pertolongan kecil lainnya.

Sr. Yasinta SND selalu mensyukuri  rahmat  panggilannya  dengan doa, memelihara kesetiaan dan tak jarang juga mesti merelakan pengorbanan.  Dengan demikian, katanya,

“Setiap orang yang terpanggil menjadi suster biarawati akan merasa  bahagia  karena mendapat kesempatan bisa bekerja di ‘ladang’ untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini dengan  menjadi putri-putri Kongregasi Soeurs de Notre Dame.”

Inilah pesan sekalian nasihat Sr. Yasinta SND kepada para suster generasi muda dengan harapan bisa  menjadi inspirasi buat semuanya.

 

By Sr Maria Paulina SND

SHARE THIS ON: