News / PEMBINAAN
20 September 2025

      Merawat Rumah Bersama: Pekan Kegiatan Laudato Si’ Suster Yunior SND-Indonesia

Grand Wisata, 12–14 September 2025 menjadi saksi perjalanan iman yang penuh makna. Di tempat yang hijau dan teduh itu, para Suster Yunior SND-Indonesia berkumpul dalam Pekan Kegiatan Laudato Si’ dengan tema “Merawat Rumah Bersama dalam Semangat Laudato Si’.” Bukan sekadar pertemuan rutin, tetapi sebuah ziarah rohani yang membangkitkan kesadaran, menggetarkan hati, dan menyalakan tekad baru: menjaga bumi sebagai rumah kita bersama.

Para yunior  datang membawa kerinduan untuk belajar, berefleksi, sekaligus menemukan makna panggilan dalam terang ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus.

 

Kegiatan dibuka dengan doa dan sambutan yang meneguhkan: menjaga bumi bukan sekadar tugas moral, melainkan panggilan iman. Sr. Yohana mengingatkan bahwa bahkan cara kita mengelola keuangan mencerminkan tanggung jawab ekologis. Sr. M. Robertin mengantar peserta masuk lebih dalam pada spiritualitas ekologis, di mana hidup doa, kesederhanaan, dan rasa syukur menjadi perwujudan kasih pada bumi.

Hati saya semakin tersentuh ketika  mengajak teman-teman yunior merenungkan kisah penciptaan melalui metode Religious Pedagogical Practice. Saat para suster memandang kembali asal-usul hidup mereka, mereka melihatnya sebagai anugerah berharga yang harus dirawat. Refleksi itu menjadi nyata ketika tangan-tangan mereka belajar membuat eco-enzim dan sabun ramah lingkungan—tanda kecil, tetapi sarat makna, bahwa perubahan besar dimulai dari hal sederhana. Malam pun ditutup dengan ibadat syukur, mempersembahkan seluruh pengalaman hari pertama kepada Allah yang memberi hidup.

Pagi buta, dalam keheningan alam, doa dan meditasi menyatu dengan suara burung dan gemerisik dedaunan. Hati setiap peserta disadarkan bahwa Allah hadir begitu dekat, bahkan dalam hembusan angin. Dari doa, mereka melangkah ke aksi nyata: membersihkan lingkungan, menanam pohon, mengolah eco-enzim, dan belajar berkebun di lahan sederhana milik seorang warga.

Romo Fridus, OFM kemudian membuka mata peserta dengan refleksi mendalam tentang kerusakan bumi. Dunia yang terluka membutuhkan tangan-tangan yang peduli. Gereja, katanya, tidak bisa tinggal diam—dan generasi muda religius dipanggil menjadi pionir harapan.

Sore harinya, para suster berbagi dalam kelompok kecil: “Apa komitmen ekologisku?” Pertanyaan itu lahirkan tekad-tekad konkret, dari mengurangi sampah plastik hingga menghidupi gaya hidup sederhana. Momen istimewa terjadi dalam Perayaan Ekaristi, ketika Taman Laudato Si’ diberkati. Sebuah simbol kecil, tetapi dengan daya rohani yang besar: tanda cinta para suster pada bumi.

Malam keakraban menutup hari itu dengan tawa, musik, api unggun, dan seni sederhana. Persaudaraan semakin erat, karena iman sejati bukan hanya doa, tetapi juga sukacita bersama.

Hari terakhir dibuka dengan Jalan Salib Ekologis. Setiap perhentian menghadirkan perjumpaan antara penderitaan Kristus dengan jeritan bumi yang terluka. Sebuah kesadaran lahir: salib Kristus kini juga terletak di hutan yang gundul, di laut yang tercemar, di wajah orang miskin yang kehilangan tanahnya.

Dari doa itu, para suster melangkah pada perencanaan tindak lanjut. Mereka tidak ingin semangat Laudato Si’ berhenti di Grand Wisata. Maka lahirlah komitmen-komitmen baru yang akan dihidupi dalam komunitas masing-masing. Evaluasi, ibadat pengutusan, dan doa berkat menutup seluruh rangkaian dengan semangat baru: menjadi saksi kasih Allah bagi seluruh ciptaan.

Pekan Kegiatan Laudato Si’ ini bukan sekadar program formasi, tetapi pengalaman rohani yang mendalam. Kami kembali dengan keyakinan baru: merawat bumi bukan hanya tugas ekologis, melainkan jalan kesetiaan kami pada Allah.

Ucapan syukur pun kami haturkan kepada Rumah Induk Roma yang dengan penuh kasih mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Dukungan itu bukan hanya soal dana, tetapi juga tanda nyata dari persaudaraan yang meneguhkan perjalanan formasi kami.

Dengan hati yang diperbarui, kami melangkah kembali ke komunitas masing-masing. Membawa tekad sederhana namun mendalam: menjaga bumi, merawat kehidupan, dan menghadirkan harapan. Sebab bumi bukan sekadar tempat tinggal ia adalah rumah bersama, sakramen kasih Allah bagi semua ciptaan. Soli Deo

 

By. Sr. M. Veronika, SND

SHARE THIS ON: